Sebagai seorang muslim, kita tentu sudah sangat kenal dan familiar dengan bacaan doa iftitah. Karena memang, doa satu ini sudah diajarkan sejak kita masih kecil, baik di pendidikan formal atau hanya sekedar pelajaran di TPA.
Doa iftitah dibaca setelah kita membaca takbir ‘Allahuakbar’, dan tepatnya sebelum melafadzkan al-Fatihah.
Hukum membacanya termasuk salah satu sunnah dalam shalat. Meskipun dihukumi sebagai ‘sunnah’, tentu akan lebih baik jika kita membacanya setiap shalat ya.
Karena selain mendapatkan pahala yang lebih, kita juga akan termasuk umat Rasulullah yang menjalankan sunnahnya.
Selama ini, banyak yang belum tahu, bahwa ternyata bacaan doa iftitah bukan hanya satu loh. Melainkan terdapat dua belas macam doa iftitah.
Di antaranya ada yang panjang, pendek, dan ada pula yang sedang. So, yuk kenali bacaan doa iftitah lainnya.
Contents
Macam-Macam Bacaan Doa Iftitah
Berikut ini adalah beberapa bacaan doa iftitah yang bisa menambah wawasan kamu. Sehingga nggak mudah menyalahkan bacaan yang lain ya.
Versi Allȃhu Akbar Kabīra yang Pendek
Bacaan doa iftitah yang pertama adalah doa iftitah yang lumayan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلً
Allȃhu akbar kabīira, walḥamdulillȃhi katsiīȃ, wa subhȃnallȃhi bukrata wa’ashīla.
Yang berarti, Allah Maha Besar dengan segala kebesaran Nya, segala puji bagi Nya dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang.
Bacaan doa iftitah yang pendek ini terdapat di dalam kitab Musnad Ahmad dengan nomor hadis 4339, yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, atau yang bisa dikenal dengan sebutan Ibn Umar.
Bacaan Doa Iftitah Versi singkat
أَعُوذُ بِاَللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
A’udzubillȃhis samiīil alīm, minasy syaithȃnir rajīm, min hamzihi wanafkhihi wanaftsihi.
Maksud dari doa iftitah satu ini ialah memohon perlindungan kepada Nya, sang maha mendengar segala keluh kesah, dan yang Maha Mengetahui apapun.
Bacaan ini terdapat di dalam kitab Abu Dawud, Imam al-Nasa’I, dan Tirmidzi.
Bacaan Doa Iftitah Versi Agak Panjang
اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ . اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَالدَّنَسِ . اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Allȃhumma bȃ’id baiīi wa bainȃ khathȃyȃya kamȃ bȃ’adta bainal masyriqi wal maghrib. Allȃhumma naqqinī minal khathȃyȃ kamȃ yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Allȃhummaghsil khathȃyȃya bil mȃ-i wats tsalji wal barad”
Maksud dari doa iftitah ini ialah memohon kepada Allah agar dijauhkan dari berbagai kesalahan dan juga dosa-dosa, sebagaimana Allah sudah menjauhkan jarak antara Barat dengan Timur, atau Timur dengan Barat. Selain itu, di dalam doa ini, terdapat juga permohonan ampunan, seperti pakaian yang putih bersih, dari berbagai noda dan kotoran. Serta permohonan agar dibersihkan dirinya dari segala dosa dengan menggunakan air, salju, dan juga embun.
Bacaan doa iftitah ini terdapat di dalam kitab Imam al-Bukhari dengan nomor hadis 711, yang diriwayatkan oleh Abu hurairah.
Baca juga bacaan doa sholat witir |
Bacaan Doa Iftitah Versi Panjang
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
wajjahtu wajhiya lilladzī fathara al-samȃwȃti wa al-ardha hanīfȃw wamȃ ana minal musyrikīn. Innȃ shalȃtī wa nusukī wamaḥyȃya wa mamȃti lillīhi rabbil ‘ȃlamīn. Lȃ syarīkalahu wabidzȃlika wa ana awwal al-muslimīn. Alȃhumma anta al-mȃlik lȃilȃha illȃ anta, anta rabbȃ wa ana ‘abduka dzhalamtu nafsī wa’taraftu bidzanb, faghfirlī dzunūbī jamī’a, inahu lȃ yaghfiru dznunūa illȃ anta, wahdini liihsȃni al-akhlaqi lȃ yahdi liahsaniha illȃ anta, washrif ‘anni sayyitaha illȃ anta, labbaika wasa’dayka wa al-khair kullȃhu fī yadaika, wa al-syarri laisa ilaika, ana bika wa ilaika, tabȃrakta wata’ȃlaita, astaghfiruka wa atūbu ilaika.
Kudapakan wajahku kepada Dia, Dzat yang Menciptakan Langit dengan Bumi sebagai muslim yang ikhlas, dan aku bukanlah hambanya yang menyekutukannya. Sesungguhnya, seluruh shalatku ini, semeblihanku, hingga hidup dan matiku hanya untuk Nya,Rabb semesta alam. Tak ada sekutu bagi Alah. Karena itulah aku patuh kepada Nya, patuh terhadap segala perintah Nya. Dan aku adalah hamba Nya yang berserah diri. Duhai Allah, Engkau adalah Maha Menguasai, Tiadak ada illah yang patut disembah selain Engkau. Maha Suci Engka, dan Maha Terpujinya Engkau, dan aku ini hanyalah hamba Mu. Aku sudah mendzhalimi diriku, dan kuakui segala dosa-dosaku. Karena itulah mohon ampuni aku Rabb, ampuni segala dosa-dosaku. Sesungguhnya, hanya Engkaulau yang bisa mengampuni seluruh dosa. Dan tunjukkanlah kepadaku akhlak terbaik. Karena tak ada satupun yang bisa menunjukkan akhlak terbaik tersebut selain Engkau. Jauhkanlah aku dari akhlak yang buruk. Karena hanya Engkau yang bisa menjauhkannya. Aku mematuhi segala perinta Mu Rabb, dan Aku akan menolong agama Mu.seluurh kebaikan terdapat di Tangan Mu. Sementara keburukan tidak dikarenakan Mu. Dan orang yang berada di jalan yang lurus merupakan orang yang telah Engkau berikan petunjuk kepada mereka. Aku berpegang dengan Mu, dan hanya kepada Mu. Tak ada keberhasilan, jalan keluar melainkan datang daripada Mu. Maha Suci Engkau Rabb, dan Betapa Maha Tinggi Engkau. Aku memohon ampunkanlah dosaku, dan aku kembali kepada Mu.
Bacaan versi panjang ini terdapat di dalam dua kitab hadis, yakni di dalam Shahih Muslim dengan nomor hadis 1848 dan di dalam Musnad Ahmad dengan nomor hadis 764.
Versi Sedang
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
Subḥȃnaka allȃhumma wabiḥamdika tabȃrakasmuka wata’ȃla jaddaka wa lȃ ilȃha ghairuka.
“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau”
Bacaan doa iftitah versi sedang ini terdapat di dalam kitab Abu Dawud, al-Timirdzi, al-Darimi, dan al-Nasai. Hadis ini juga diriwayatkan melalui ‘Aisyah, Jabir, dan Anas bin Malik.
Baca juga bacaan doa sholat hajat |
Versi Gabungan
Bacaan doa iftitah yang selanjutnya adalah bacaan yang menggabungkan antara Allahuakbar dengan wajjahtu wajhiya. Dengan redaksi,
اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلً وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ.
Allȃhu akbar kabīra walḥamdulillȃhi katsīraa wa subḥȃnallȃhi bukrata wa’ashīla. wajjahtu wajhiya lilladzī fatharas samȃwaȃti wal ardha hanīfaa wamȃ ana minal musyrikīn. Innȃ shalȃtī wa nusukii wamahyȃya wa mamȃti lillȃhi rabbil ‘ȃlamīn. Lȃ syarīkalahu wabidzȃlika wa ana awwal al- muslimīn.
Nah, di antara 12 bacaan doa iftitah, masyarakat Indonesia pada umumnya lebih cenderung menggunakan dua doa sekaligus. Yakni allahuakbar kabira dengan wajjahtu ini.
Versi Gabungan Allahuakbar Kabira
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ مِنْ نَفْخِهِ وَنَفْثِهِ وَهَمْزِهِ
“Allȃhu akbar kabīra, alȃhu akbar kabīra, allȃhu akbar kabīra, walḥamdulillȃhi katsīra, walḥamdulillȃhi katsīra, walḥamdulillȃhi katsīra, wa subḥȃnallȃhi bukrata washīlaa, wa subḥȃnallȃhi bukrata washīlaa, wa subḥȃnallȃhi bukrata washīla a’ūdzu billȃhi minasy syaithȃni min nafkhihi, wa naftshihi, wa hamzih.
Artinya, duhai Allah yang maha Besar, Allah yang Maha Besar, Allah yang Maha Besar, segala puji hanya bagi Mu, dengan segala pujian yang melimpah, segala puji hanya bagi Mu Rabb, dengan pujian yang melimpah, segala puji hanya bagi Mu Rabb, dengan segala pujian yang melimpah. Maha Suci Engkau tatkala pagi dengan sore. Maha Suci Engkau tatkala pagi dengan sore. Maha Suci Engkau tatkala pagi dengan sore. Dan aku memohon perlindugan kepada Mu dari berbagai bisikan dan rayuan syaitan.
Bacaan doa iftitah ini terdapat di dalam hadis riwayat Abu Dawud dengan nomor hadis 764, Ahmad nomor 80 dan 85, dan Ibn Majah 807.
Dalam hal ini, syaikh Syu’aib al-Arnauth dengan ‘Abd al-Qadir al-Arnauth di dalam kitab tahqiq Zaad al-Ma’ad, menyatakan bahwa hadis tentang pembacaan doa iftitah satu ini dishahihkan Ibn Hibban dengan al-Hakim.
Baca juga bacaan doa sholat dhuha |
Versi Sedang
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اِهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Allȃhumma rabba jibraaiila wa mīkȃila wa isrȃfiīa, fȃthira al-samȃwȃti wa al-ardhi ‘alīmal ghaibi wasy syahȃdah anta tahkumu bayna ‘ibȃdika fīmȃ kȃnū fīhī yakhtalifūn, ihdinī limakhtulifa fīhī minal haqqi bi-idznik, innaka tahdi man tasyȃu ilȃ shirȃtim mustaqīm
Duhai Allah, Tuhannya Jibril, Mikail, denan Israfil, Duhai Engkau yang menciptakan langit dengan bumi, Duhai Allah yang maha mengetahui segala yang gaib dengan yang nyata. Duhai Engkau yang menjatuhkan penghukuman bagi keputusan bagi apa yang dipertentangan oleh mereka. Aku mohon, tunjukilah kepadaku apa yang sudah dipertentangkan dengan izin Mu, sesungguhnya, Engkaulah yang akan memberikan petunjuk atau jalan lurus kepada siapapun yang sudah Engka kehendaki.
Terdapat di dalam HR. Muslim, no. 770.
Bacaan Doa Iftitah atau Istiftah?
Jadi, menurut bahasa fiqh, bacaan doa di atas bukan hanya bisa disebut sebagai doa iftitah loh. Melainkan ada sebutan lain, yakni dengan menambahkan huruf sa setelah huruf a.
Sehingga menjadi istiftah. Di mana, bacaan doa iftitah ini diperuntukkan ketika kita memilih membaca doa yang pendek dan sedang, sementara penyebutan istilah fiqh istiftah digunakan ketika kita memilih membaca doa yang panjang. Jelas ya.
Baca juga bacaan doa sholat tahajud |
Pertanyaan Seputar Bacaan Doa Iftitah
Ketika membahas tentang bacaan doa iftitah, sejatinya kita sedang membicarakan tentang keindahan Islam.
Sayangnya, masih banyak yang belum tahu hal ini ya. Sehingga redaksi-redaksi bahwa Rasulullah tidak konsisten dalam menyampaikan risalahnya terus beredar di masyarakat luas. Hanya karena penggunaan doa iftitah yang beragam.
Termasuk penggunaan doa iftitah ini. Pasti masih ada yang bertanya, kenapa harus ada banyak doa iftitah? Apakah menggunakan kata inni wajjahtu atau langsung membaca wajjahtu saja? dan sederet pertanyaan lain. Ia kan?
Tentu, beragamnya bacaan doa iftitah yang kita terima saat ini tidak disampaikan Rasulullah tanpa tujuan.
Ada maksud di sana. Yakni, Rasulullah meminta kita untuk memilih doa mana yang hendak kita gunakan. Dalam hal ini, bisa kita pilih sesuai dengan kondisi kita ketika akan melaksanakan shalat.
Apakah ketika akan melaksanakan shalat kita dalam keadaan tenang? Jika ia, maka pilihlah yang sedang atau pendek. Atau, apakah ketika akan shalat kita sedang berada di waktu yang sangat panjang?
Tengah malam? Jika ya, maka silahkan gunakan doa yang panjang. Sementara jika tengah berada di kondisi yang mendesak dan buru-buru, kita dapat menggunakan doa yang pendek.
Sejatinya, Rasulullah tengah mengajarkan kita, bahwa ajaran Islam sama sekali tidak memberatkan pemeluknya. Maka, dalam keadaan apapun, kita tetap bisa membaca doa iftitah ya. Tinggal bacaan doa iftitah mana saja yang ingin kita pilih.
Dalam ilmu hadis, hal ini disebut dengan tanawwu’ul ibadah. Yakni perbedaan atau variasi dalam beribadah, atau bahkan bisa kita katakan sebagai keberagaman. Di mana, kita bebas memilih.
Jadi jelas ya, bahwa keberagaman bacaan doa iftitah ini bukan menunjukkan bahwa Rasulullah tidak konsisten dalam menggunakan bacaan, melainkan ada maksud tertentu di dalamnya.
Pertanyaan selanjutnya yang sering kali kita temukan adalah, apakah menggunakan kata inni wajjahtu atau langsung wajjahtu saja. Dan saya rasa, di antara kamu masih ada yang menggunakan kata inni wajjahtu ya.
Jadi, ada sebuah hadis terkait hal ini. Hadis tentang penggunaan inni wajjahtu ini terdapat di dalam kitab Ibn Majah nomor hadis 3221, yang diriwayatkan dari sahabat Rasulullah, Jabir bin Abdullah. Kapan dibaca inni wajjahtu ini?
Dari Jabir bin Abdullah, beliau mengatakan, saya sering melihat Rasulullah saw. setiap kali beliau menyembelih hewan kurban, beliau menghadapkan hewan ke kiblat, dan berkata, ya Allah mohon terima kurban ini dari Muhammad, dan dari keluarga muhammad, dan dari umatnya Muhammad, yang selama hidupnya tidak pernah bisa berkurban. Kemudian beliau memulai doanya, bismillahi allahuakbar, inni wajjahtu.”
Dan dari 1235 kitab hadis yang ada saat ini, mulai dari kitab hadis yang shahih hingga hadis yang palsu, tidak terdapat satupun hadis inni wajjahtu ini digunakan ketika shalat.
Jadi jelas ya, bahwa hadis tentang doa inni wajjahtu memang ada hadisnya. Namun tidak ada satupun riwayat hadis yang menyatakan bahwa inni wajjahtu digunakan ketika shalat.
Maka, jika sampai saat ini kamu masih menggunakan inni wajjahtu ketika membaca doa iftitah, mulai ditinggalkan ya. Langsung baca wajjahtu saja tanpa menggunakan inni.
Silakan gunakan bacaan doa iftitah yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kamu. Lakukan sesuai dengan petunjuk dari Rasulullah.
Kapan Membaca Allahuakbar atau Allahumma Ba’id?
Nah, sampai sini mungkin masih ada yang bertanya, lantas, kapankah Rasulullah saw. Membaca doa iftitah allahumma ba’id, dan kapan Rasulullah membaca wajjahtu. Ia kan?
Jadi, jika ditinjau dari segi fiqh shalat, maka Rasulullah kerap membaca doa iftitah allahumma ba’id baini mulai dari fajar hingga isya. Sesekali beliau membaca doa iftitah yang lainnya, namun lebih sering membaca doa iftitah allahumma ba’id baini.
Sementara ketika malam, beliau lebih sering menggunakan wajjahtu wajhiya. Penggunaan kedua doa iftitah ini tentu mempunyai alasan. Mengapa Rasulullah menggunakan doa allahumma ba’id baini dari fajar hingga shalat Isya?
Hal ini ternyata, karena Rasulullah menyadari bahwa manusia cenderung banyak berbuat salah dan dosa mulai dari fajar sampai malam. Sehingga, di dalam doa iftitah allahumma ba’id baini terdapat kalimat-kalimat meminta dijauhkan dari dosa sejauh-jauhnya.
Oke, demikian beberapa bacaan doa iftitah yang harus kamu tahu.
Jadi, tetap harus menyempatkan diri untuk membaca doa iftitah ya. Karena kamu bisa memilih versi yang pendeknya.
Wallahua’lam bisshawab. Semoga bermanfaat.
Pingback: Doa Sholat Dhuha, Lengkap dengan Tata Cara & Keutamaanya!